Bisnis Ritel Menurun, Apakah karena Ekonomi Lesu?


Sejumlah pusat perbelanjaan modern seperti Ramayana, Hypermart, hingga Matahari banyak menutup gerai ritelnya masing-masing. Salah satu perusahaan induk ritel, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) memang di semester I-2017 mengalami penurunan laba bersih hingga 71,03% dari periode yang sama tahun lalu Rp 105,5 miliar menjadi Rp 30,5 milia. Hal itu dinilai tidak selaras dengan kondisi makro ekonomi Indonesia yang terus tumbuh.
Mereka mengklaim hal tersebut diakibatkan lesunya ekonomi, tapi menurut saya ini kurang tepat.
Saya telah mencari data Pertumbuhan ekonomi di website BPS bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II stagnan 5,01 persen. Investasi meningkat 4,18 persen (yoy), dari segi pengeluaran konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh signifikan pd triwulan kedua 2017 yaitu 4,95 persen (yoy).
Belanja pemerintah lebih bagus 23,71 persen dari target ( 493,29 triliun) (yoy). Dari segi Ekspor pada kuartal II naik 9,9 persen (yoy) dan impor juga naik sedikit 4,92 persen (yoy). Melihat data perekonomian tersebut, saya kurang setuju jika bisnis ritel tutup akibat menurunnya tingkat konsumsi/daya beli masyarakat. Hal itu lebih disebabkan meningkatnya transaksi jual beli online. Sekarang masyarakat lebih banyak memilih belanja online ketimbang belanja langsung termasuk saya dan lingkungan sekitar pun begitu.
Sekarang belanja online tidak hanya dilakukan penduduk di kota-kota besar. Warga daerah juga sudah mulai melakukan transaksi belanja online, yang makin subur adalah pelaku bisnis UKM dan UMKM serta penyedia jasa pengiriman seperti Go-Send, Indah Kargo, JNE, JNT, Pos Indonesia dll.
Saya juga melihat sekarang perusahaan ritel tidak sedikit sedang membuka lowongan kerja Marketing digital, ini adalah indikasi beralihnya tren belanja masyarakat dari ofline ke online.
Untuk para pelaku bisnis UKM dan UMKM yang belum beronline tidak ada salahnya mencoba strategi penjualan online agar tidak ketinggalan jaman.

Penulis: Agustiana


EmoticonEmoticon